Bagaimana Menjawab Salam?
1. Bagaimana kaidah dalam menjawab salam, apakah memakai "wa" atau cukup alaiykumsalam wr wb?
2. mengenai jawaban salam, kalau ada orang kuffar mengucapkan salam, maka kita tidak boleh menjawabnya. Bahkan dulu waktu ngaji, di ajarin jawabnya cukup "alaikum" saja karena kita tidak boleh mendoakan orang kafir. Sebagaimana yang saya tahu, ketika ada seorang kafir qurays yang sengaja bersin di hadapan Rosul dan mengucapkan hamdallah, tetapi rosul tidak membalasnya dengan "yarhamukallah". Lha masalahnya kemarin saya mengucapkan salam, eh ada nonmuslim yang menjawab salam saya..weleeeh...(padahal salam saya bukan buat dia).
3. Bagaimana hukumnya mengucapkan salam-salam yang lain, seperti salam olahraga atau salam pramuka?
Sekian pertanyaan saya, atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.
(Udin, 8 Mei 2009)
Jawaban dari Ustadz Ichsan Nafarin
Masalah salam ini memang banyak dipengaruhi tata bahasa Arab. Tetapi inti dari salam adalah doa.
1. Pemakaian "wa" atau tidak tidak mempengaruhi inti doanya, dan dalam kaidah bahasa "wa" disini hanya kata sambung yang mempertegas posisi sebagai jawaban dari salam sebelumnya. Jadi tidak masalah pakai "wa" atau tidak.
Konteks tata bahasa lainnya adalah penggunaan al (assalaam – alaikumussalaam). Al kita ketahui sebagai penunjuk isim ma’rifat yang bermakna sesuatu yang tertentu atau spesial. Jadi kalau diucapkan assalaamu alaikum maka jawabnya alaikumussalaam sama-sama memakai al (ma’rifat) yang bermaksud makna khusus/spesial. Sebaliknya jika salamnya “salamun alaikum” jawabnya alaikum salam (isim nakiroh tanpa al). Tetapi sebagian orang lebih memilih alaikum salaam (tanpa al) meski salamnya assalaam dengan alasan nakiroh lebih luas maknanya sehingga ia ingin membalas dengan makna seluas-luasnya. Terlepas dari itu, pakai al atau tidak bukan hal yang prinsip, kewajiban kita hanya menjawab alias mendoakan balik dengan salam.
2. Menjawab salam orang kafir, bila salamnya si kafir ini benar assalaamu alaikum maka jawaban kita assalaamu alaa manittaba’al huda (keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk Allah) atau kita bisa mendoakan muslimin dengan mengucap assalaamu alainaa wa alaa ‘ibaadillaahis shoolihiin. Bukan dengan wa alaikum karena itu bermakna untukmu juga (keselamatan).
Berbeda halnya jika salam yang diucapkan justru hinaan, misal assaamu alaikum (celaka atasmu) maka kita dianjurkan menjawab ”wa alaikum” artinya atasmu juga (celaka) sebagai jawaban halus, bukannya menjawab dengan hinaan kasar juga atau lebih kasar seperti alaikumussaam wal la’nah.
3.Salam lainnya, tidak ada larangan kita mengucap hallo, hai, salam kenal atau lainnya dalam konteks sapaan. Dalam konteks doa kita tentu saja bisa memakai bahasa apa saja sepanjang inti doanya sama. Dalam kerangka salaam sebagai bagian syariat, sepanjang intinya sama yaitu doa tidak dibedakan. Memakai bahasa inggris sepanjang isinya doa tentu mendapat nilai sebagaimana salaam dengan bahasa Arab, termasuk juga wajib menjawabnya. Adapun ucapan-ucapan seperti selamat pagi, salam olahraga, salam pramuka konteksnya tentu bukan salaam (doa) tetapi lebih ke sapaan. Sapaan ini tentu bisa memiliki nilai jika ada unsur-unsur syar’i lainnya seperti silaturrahim.
(Dikutip dengan perubahan seperlunya dari milis khusus anggota IMAN)
2. mengenai jawaban salam, kalau ada orang kuffar mengucapkan salam, maka kita tidak boleh menjawabnya. Bahkan dulu waktu ngaji, di ajarin jawabnya cukup "alaikum" saja karena kita tidak boleh mendoakan orang kafir. Sebagaimana yang saya tahu, ketika ada seorang kafir qurays yang sengaja bersin di hadapan Rosul dan mengucapkan hamdallah, tetapi rosul tidak membalasnya dengan "yarhamukallah". Lha masalahnya kemarin saya mengucapkan salam, eh ada nonmuslim yang menjawab salam saya..weleeeh...(padahal salam saya bukan buat dia).
3. Bagaimana hukumnya mengucapkan salam-salam yang lain, seperti salam olahraga atau salam pramuka?
Sekian pertanyaan saya, atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.
(Udin, 8 Mei 2009)
Jawaban dari Ustadz Ichsan Nafarin
Masalah salam ini memang banyak dipengaruhi tata bahasa Arab. Tetapi inti dari salam adalah doa.
1. Pemakaian "wa" atau tidak tidak mempengaruhi inti doanya, dan dalam kaidah bahasa "wa" disini hanya kata sambung yang mempertegas posisi sebagai jawaban dari salam sebelumnya. Jadi tidak masalah pakai "wa" atau tidak.
Konteks tata bahasa lainnya adalah penggunaan al (assalaam – alaikumussalaam). Al kita ketahui sebagai penunjuk isim ma’rifat yang bermakna sesuatu yang tertentu atau spesial. Jadi kalau diucapkan assalaamu alaikum maka jawabnya alaikumussalaam sama-sama memakai al (ma’rifat) yang bermaksud makna khusus/spesial. Sebaliknya jika salamnya “salamun alaikum” jawabnya alaikum salam (isim nakiroh tanpa al). Tetapi sebagian orang lebih memilih alaikum salaam (tanpa al) meski salamnya assalaam dengan alasan nakiroh lebih luas maknanya sehingga ia ingin membalas dengan makna seluas-luasnya. Terlepas dari itu, pakai al atau tidak bukan hal yang prinsip, kewajiban kita hanya menjawab alias mendoakan balik dengan salam.
2. Menjawab salam orang kafir, bila salamnya si kafir ini benar assalaamu alaikum maka jawaban kita assalaamu alaa manittaba’al huda (keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk Allah) atau kita bisa mendoakan muslimin dengan mengucap assalaamu alainaa wa alaa ‘ibaadillaahis shoolihiin. Bukan dengan wa alaikum karena itu bermakna untukmu juga (keselamatan).
Berbeda halnya jika salam yang diucapkan justru hinaan, misal assaamu alaikum (celaka atasmu) maka kita dianjurkan menjawab ”wa alaikum” artinya atasmu juga (celaka) sebagai jawaban halus, bukannya menjawab dengan hinaan kasar juga atau lebih kasar seperti alaikumussaam wal la’nah.
3.Salam lainnya, tidak ada larangan kita mengucap hallo, hai, salam kenal atau lainnya dalam konteks sapaan. Dalam konteks doa kita tentu saja bisa memakai bahasa apa saja sepanjang inti doanya sama. Dalam kerangka salaam sebagai bagian syariat, sepanjang intinya sama yaitu doa tidak dibedakan. Memakai bahasa inggris sepanjang isinya doa tentu mendapat nilai sebagaimana salaam dengan bahasa Arab, termasuk juga wajib menjawabnya. Adapun ucapan-ucapan seperti selamat pagi, salam olahraga, salam pramuka konteksnya tentu bukan salaam (doa) tetapi lebih ke sapaan. Sapaan ini tentu bisa memiliki nilai jika ada unsur-unsur syar’i lainnya seperti silaturrahim.
(Dikutip dengan perubahan seperlunya dari milis khusus anggota IMAN)
Artikel ini dipersembahkan oleh Unit Knowledge Management AL-IMAN (www.fajarilmu.net)
0 Response to "Bagaimana Menjawab Salam?"
Posting Komentar