Memperingati Maulid Nabi

Di Pondok Safari hari jum'at kemarin ada khutbah tentang Peringatan Maulid Nabi. Khotib memang mengingatkan untuk yang 'anti maulid' agar jangan gampang mengatakan sesat, namun khotib juga mengajak yang 'hobi maulid' untuk meninjau kembali (dan kemudian meninggalkan) karena Rasul, sahabat, dan imam madzhab pun tidak pernah melakukan 'ritual' maulid.

Khatib menjelaskan bahwa yang memulai tradisi maulid pada masa Daulah Fatimiyah, yakni orang-orang syi'ah. Kabar yang mengatakan bahwa maulid diadakan oleh Sholahuddin al Ayyubi (sunni) adalah tidak benar karena beliau memerintah setelah itu. Sholahuddin al ayyubi menjumpai orang nasrani yang masuk islam kemudian pada hari kelahiran Nabi menyalakan lilin karena dulu mereka menyalakan lilin ketika natal (kelahiran yesus). Sholahuddin al Ayyubi mengajak mereka untuk datang ke istana dan merayakan maulid dengan 'tabligh akbar' pada tahun berikutnya.

Minta penjelasan bapak/ibu ustadz sekalian sehingga lebih memantapkan hati. Mohon maaf dan terimakasih.

(Zawawi, 3 Maret 2010)

Jawaban Ustadz Ichsan Nafarin

Memperingati maulid bukanlah satu bentuk ibadah, seperti halnya peringatan-peringatan lainnya. Ia hanya sebuah momentum waktu yang digunakan sebagai alasan/sebab melakukan suatu ibadah. Semisal orang sekarang merayakan ulang tahun diri, HUT negara, hari Pahlawan dan lain-lain, hal-hal tersebut tidak dilarang karena disebut atau tidak hari itu tetap ada.

Yang penting dijadikan titik tolak pemikiran adalah apa yang dilakukan pada momen-momen tersebut. Mengisi momen maulid, ultah, dll dengan kegiatan ibadah, sahnya ibadah itu sendiri tidak dipengaruhi momennya, kecuali memang saat momen tersebut dilarang untuk melakukan ibadah tertentu.

Jadi kita tidak perlu mempermasalahkan asal-usul peringatan maulid itu, karena hal tersebut tidak ada larangannya dalam syari'at. Apalagi sekedar meragukan bahwa maulid ini diadakan oleh khalifah Sholahuddin al Ayyubi dengan diikuti pernyataan bahwa beliau kemudian "memperingati maulid dengan tabligh akbar". Jelas kan kalau khalifah juga memperingati maulid?

Rasul, shahabat, dan imam madzhab tidak pernah melakukan "ritual" maulid? Ritual maulid itu apa sih: shalawat, qira'ah, tabligh, membaca kisah kenabian. Betulkah Rasul, shahabat, dan imam madzhab tidak melakukannya? Jelas salah! Shalawat, qira'ah, tabligh, i'tibar dari kisah kenabian semua adalah perintah Rasulullah.

Kalau momen peringatan maulid memang tidak ada pada masa imam madzhab, kan jelas sekali kalau imam madzhab itu hidup pada abad ke-2 hijriyyah, sedang Hhalifah Shalahuddin memerintah tahun 567H, ya gak nyambung lah ya, sekalian saja bilang peringatan 17 agustus tidak dilakukan imam madzhab.

Yang penting apa yang kita lakukan pada momen-momen tersebut. Peringatan 17 Agustus dengan tabligh sama baiknya dengan peringatan maulid dengan pengajian. Peringatan maulid dengan kembang api, sama buruknya dengan peringatan tahun baru masehi dengan kembang api. Bahkan ada juga yang menyebut puasa hari Asyura' sebagai "hal yang dibuat-buat" oleh kelompok yang membantai keluarga sayyidina Hasan cucu Rasulullah seraya mengatakan hadits dalam shahih Muslim tentang Asyura' adalah hadits palsu pesanan penguasa saat itu.

Na'udzu billaahi min dzaalikal fitan.

(Dikutip dengan perubahan seperlunya dari milis khusus anggota IMAN)


Artikel ini dipersembahkan oleh Unit Knowledge Management AL-IMAN (www.fajarilmu.net)

0 Response to "Memperingati Maulid Nabi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel