Hukum Puasa



Bismillaahi wal hamdulillaah

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa aalihii wasallim

HUKUM PUASA (SHAUM/SHIYAM)

Wajib : Kita maklum bahwa puasa yang wajib adalah puasa Ramadlan yang diwajibkan dilaksanakan pada bulan Ramadlan, atau di luar bulan Ramadlan bagi yang berhalangan melakukannya di bulan Ramadlan (qadla’). Disamping itu kita kenal puasa yang dinadzarkan yang berubah status hukumnya dari sunnah menjadi wajib.

Sunnah : Puasa di selain bulan Ramadlan bila tidak memenuhi kriteria-kriteria tertentu, hukumnya sunnah. Kriteria tersebut akan dijelaskan dalam hukum puasa makruh dan haram. Untuk hari-hari dan kriteria tertentu hukum sunnah ini menjadi mu’akkadah misalnya hari Senin, Kamis, tanggal 10 Muharram, 9 Dzulhijjah, Ayyaamul Bidh, sehari puasa sehari buka (puasa Dawud), dll.

Makruh : Puasa hari Jumat, Sabtu, atau Ahad jika tidak bersambung dengan hari sebelum atau sesudahnya atau tidak dalam kerangka puasa Dawud.

Haram : Puasa 2 hari raya, 3 hari tasyriq, 5 hari ini keharamannya bersifat mutlak tidak tergantung kondisi. Juga haram dengan kondisi:
a. Puasa wanita yang sedang haid, wajib qadla untuk puasa wajib.
b. puasa sunnah wanita tanpa izin suaminya,
c. puasa hari syak (30 sya’ban) dan setengah bulan terakhir bulan sya’ban, dalam kondisi tidak menyambung puasa dari hari sebelum 15 sya’ban atau bukan bertepatan dengan kebiasaannya berpuasa sunnah. Misal hari syak bertepatan hari senin dan yang bersangkutan biasa puasa senin maka tidak haram berpuasa di hari syak.

--

Disampaikan oleh Ustadz Ichsan Nafarin dalam Pengajian Puasa melalui forum Yahoogroups Ikatan Mahasiswa Nahdliyyin

0 Response to "Hukum Puasa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel