Mencarikan Jodoh Sholihah Bagi Lelaki Yang Tidak Baik

Assalamualaikum, Ahlan wasahlan.
Mungkin di antara mas-mas ada yang bisa membantu permasalahan besar yang saya hadapi.

Begini. Suatu hari ada seorang teman katakanlah namanya Mr.X, teman seperjuangan saya waktu SMA sekarang kuliah di Universitas di Surabaya. Inilah hasil dialog saya melalui chating dan sms:
Mr.X : apakah hukumnya onani?
Saya :hukumnya haram, karena menyakiti diri sendiri dan bukan pada tempatnya.
Mr.X : Tapi aku tidak bisa nahan nafsu yang gede, banyak godaan.
Saya : Coba kamu berpuasa dulu, usahakan dulu lah.
Mr X : Sudah puasa tapi selalu kebobolan, gak kuat banget.
Saya : Ya sudah, berarti kamu lebih baik kawin saja.
Mr.X : Bener banget, aku sebenernya pengen kawin...malah hampir saja aku gak perjaka.

Wah anak ini kalau gak saya hibur bisa amburadul hidupnya. Makanya saya memberikan dia sebuah masukan.
Saya : Kamu sudah punya orang yang disukai, apakah temen sma, smp, tetangga, temen ortu?
Mr. X : Orang yang aku sukai sudah menolak aku, dan sekarang aku tidak ada lagi yang aku sukai.
Saya : Apa mau aku carikan? Entah itu teman-temanku di kampus atau orang-orang yang aku kenal?
Mr.X : Ya tolong kamu carikan siapa aja yang penting jilbabers, aku orangnya gampang suka kok yang penting cantik,hehehe

(Kata mas Dularif kalau ada 10 orang wanita cantik, solehah saya juga mau...hehehe)

Sorry mas ini sesuai kata-kata mas saat Leadership Training.

Waduh, puyeng kepalaku. Maksudku membantu supaya dia bisa sedikit tenang malah aku yang disuruh mencarikan jodoh. Apes. Aku sendiri saja ya belum menemukan jodoh kok disuruh mencarikan orang lain, kok tidak berfikir kondisi diri sendiri.

Ya, seperti tujuan awal saya tadi saya hanya ingin menghibur temen saya agar pikirannya lebih tenang, dengan menawarkan teman yang saya kenal. Tapi apalah daya dia terus memaksa saya supaya cepat-cepat dicarikan jodoh oleh saya.

Wah dalam hati saya, kok di antara temen yang tanya saya tentang apapun, ini yang paling merepotkan. Suruh mencarikan jodoh, yang saya saja sendiri juga belum menemukan. Wah, saya menyesal sudah memberi tawaran bantuan, meskipun kata-kata itu spontan untuk menghibur dia,

Akhirnya akalku muncul. Tiba-tiba saja aku teringat seseorang atau komunitas orang atau perkumpulan teman-teman jilbabers. Itulah dia Keputrian IMAN.

Aku SMS beberapa orang dari mereka tentang permasalahanku ini, aku kemas supaya mereka terharu dan berharap apakah mereka, salah satu dari mereka, ataukah teman-teman mereka ataukah kenalan mereka , keluarga, keponakan, tante, saudara ataukah yang lainnya bisa menerima temanku tadi.

Intinya: Adakah diantara pembaca milis ini yang punya kenalan siapapun untuk dijadikan jodoh buat teman saya tadi. Saya jamin orangnya baik, tapi kurang dalam hal agamanya. Mungkin bisa dijadikan ajang dakwah juga bagi si istri yang solehah. Apalagi orangnya penurut, buktinya aku kasih saran begitu dia mau. Tolonglah permasalahan saya ini.

Wallahu a'lam bishowab, Semoga Allah membebaskan saya dari penyakit hati.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..

(Ochid, 4 Mei 2009)

Jawaban dari Ustadz Muh Dularif

Ass. Wr. Wb..

Waduh, aku dibawa-bawa ini. Aku ulangi cerita lengkap saat leadership training kemarin biar tidak salah paham.

Jadi ada seorang pria yang ingi mencari istri, terus dia bertemu murobinya untuk dicarikan jodoh. Murobinya pun bertanya, "kriterianya apa?" Pria tersebut menjawab, "Kriteria yg diinginkan adalah (1) cantik parasnya, (2) bagus keturunannya, (3) kaya hartanya, (4) sholihah akhlaknya, bagus agamanya." Nah, dengan spontan murobinya menjawab, "Kalau ada 10 wanita seperti itu, saya juga mau."

Cerita di atas juga menjadi pelajaran bagi kita, terutama yang sedang mencari jodoh.

Satu hal yg sangat saya percayai berkaitan dengan jodoh adalah salah satu ayat al Qur'an. (QS An Nuur ayat 26)

"Al khobiistaatu lil khobistiina..." yang terjemahannya:

"Wanita-wanita yang "tidak baik" adalah untuk laki-laki yang "tidak baik", dan laki-laki yang "tidak baik" adalah buat wanita-wanita yang "tidak baik" (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)...."

Jadi, ketika kita mencari jodoh, jangan terlalu muluk-muluk. mungkin dalam islam dikenal dengan istilah sekufu. Dengan kata lain, kalau kita tidak tampan, misalnya, ya jangan terlalu berharap dapat istri Dian Sastro. Tetapi kalau ternyata Dian Sastro mau sama kita ya, kita bilang alhamdulillah.

Hal ini tidak berarti bahwa saya menghalangi orang yg "tidak baik" mendapatkan jodoh yang baik.

Tetapi, yang perlu kita pahami adalah bahwa, "apapun yg kita nilai dari orang lain, maka kemungkinan besar orang lain akan menilai akan hal yg sama dari diri kita." Jadi kalau kita menilai orang dari parasnya yang cantik, misalnya, kemungkinan besar sang wanita pun akan memberi nilai akan kadar kegantengan kita. Kalau kita bersikap "matre", maka pihak lain pun akan memandang kita dari sisi yg sama. Begitu pula, kalo kita mengimpikan istri dari akhlaqnya, kemungkinan besar standar yang sama akan kita dapatkan dari orang lain.

Jadi, apa yg ingin kita "dapatkan" tergantung apa yg dapat kita "tawarkan".

Alhasil, berusahalah untuk terus memperbaiki diri, sebelum mengharpkan mendapatkan hal yang baik, atau bahkan mengharap orang menjadi lebih baik..

Jika kita ikhlas untuk memperbaiki diri, insya Allah, kita akan mendapatkan istri yg terbaik untuk diri kita.

"Selamat berburu jodoh"

Wass. Wr. Wb.

Jawaban dari Ustadz Ichsan Nafarin

Dalam konteks Fiqh, khobiitsaat dan khobiitsuun adalah pria/wanita pezina atau yang memfitnah berzina. Sebagai rangkuman dari ayat-ayat sebelumnya azzaanii laa yankihu illaa zaaniyatan..dst yang menegaskan bahwa pezina tidak boleh menikahi pria/wanita baik-baik, dan jika suami/istri menuduh pasangannya berzina mereka pun dipisahkan karena khabiitsaat/khobiitsuun tidaklah pantas bagi thayyibaat/thayyibuun.

Dalam konteks muhasabah, pasangan bisa kita jadikan cermin. Kalau kita pandang pasangan kita buruk, sangat mungkin kita ini juga buruk. Kalau pasangan kita kita pandang baik, sudah sepantasnya kita bersyukur dan berdoa mudah-mudahan kita juga adalah seorang yang baik dalam pandangan Allah.

Dalam hal kasus yang dialami teman kita ini, saya pribadi merasa sangat berat untuk dapat membantu (seandainya pun bisa). Kenapa? Karena dalam paparan tersebut bisa dibaca bahwa si pria ini tidak “cukup baik” untuk “ditawarkan” kepada seorang wanita sholihah. Menurut saya, sangat gegabah dan berisiko kalau kita serahkan seorang wanita sholihah pada pria yang tidak sekufu dengannya dengan harapan mudah-mudahan si pria menjadi baik. Salah kaprah. Yang lebih mungkin terjadi sebaliknya, si wanitanya yang justru kehilangan kesholihahannya. Tentu kriteria sekufu bukanlah omong kosong sehingga bisa begitu saja diabaikan. Tentu menjadi masalah besar kalau kita turut menjerumuskan seorang wanita sholihah dalam genggaman seorang yang tidak dijamin kesholihannya.

Yang bisa saya sarankan, sama seperti mbah Dularif, si pria ini cobalah memperbaiki diri dulu dengan mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak ilmu agama, bergaul dengan orang-orang sholih (Kalau dengan puasa masih gagal itu karena puasanya tanpa ilmu dan keikhlasan). Dengan perbaikan diri, insya Allah semua masalah yang disampaikan teratasi, sekaligus wanita sholihah yang didamkan menjadi lebih mungkin akan datang kepadanya.

Kalau ia bersikeras mempertahankan kondisi sekarang, saya khawatir yang terjadi adalah sebagaimana dimaksud Pak Dularif, alkhobiitsaatu lil khobiitsiina itu terealisasi dalam bentuk si pria yang tidak baik akan memperoleh wanita yg tidak baik. Meskipun ia berkeras mencari “jilbabers”, yang diperolehnya pun jilbabers palsu. Hanya kerudungnya yang sholihah, hati dan agamanya jauh dari itu. Bila si pria sudah menjadi seorang sholih, insya Allah jodoh yang sholihah tinggal menunggu waktu...kita pun akan dengan sangat gembira membantu seorang wanita sholihah untuk masuk dalam kehidupannya.

Tanggapan Bu Alfi

Assalamu'alaikum.

Mau urun rembug nih, dari sisi wanita.

Seandainya saya belum menikah, sepertinya akan merinding juga kalau ditawari jodoh seperti itu. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan itu membuat berpikir seribu kali sebelum akhirnya akan menolak juga. Menikah memang salah satu solusi tapi sepertinya bukan satu-satunya solusi. Banyak hal yang lebih penting untuk dipikirkan ketika memutuskan untuk menikah dan bukan sekedar "masalah" yang dialaminya. Wanita pun akan berulang kali mikir kalau dia diminta untuk menikah hanya dengan alasan itu. Wanita biasanya akan memilih laki-laki yang bisa diharapkan untuk menjadi "imam" dan guru bagi dia dan keluarganya kelak.

Jadi saya setuju dengan pendapat Pak Dularif dan Pak Ichsan, agar si laki-laki memperbaiki diri dulu, masalah yang dihadapi akan bisa diatasi dengan lebih dekat kepada Allah dan mencari pergaulan yang senantiasa bisa mengingatkan di kala tindakan kita sudah menyimpang dari yang seharusnya.

Matur nuwun, kirang langkunge nyuwun pangapunten.

Wassalamu'alaikum.

Pertanyaan dari Nurdinho

Assalamualaikum wr wb.

Jadi pada intinya muslimah yang baik hanya untuk muslim baik-baik gitu ya? Lha terus yang tidak baik bagaimana? Jadi mesti pasrah pasti dapat yang tidak baik juga ya?

Jawaban dari Ustadz Ichsan Nafarin

Alaikumussalaam..

Ya tidak begitu mas

Maksudnya, kalau ingin mendapat muslimah yang baik, musti jadi muslim baik-baik.

Lha bisa tidak kalau muslim jelek dapat muslimah baik-baik? Ya jelas bisa, lha kuasanya Gusti Allah tidak bisa dilawan.

Tapi kalau sekarang jadi muslim yang kurang baik ya gak boleh pasrah begitu, musti berusaha jadi muslim yang baik. Baik atau tidak baik itu kan kriterianya banyak, semakin lengkap kebaikannya semakin baguslah keislamannya.

Jawaban Ustadz Muh. Dularif

Ass. Wr. Wb.

Idealnya memang begitu. Tapi kalau kita melihat kisah dalam Al Qur'an, ada istri Fir'aun yang sholihah, ada pula istri Nabi Luth dan Nuh yang "durhaka", sehingga tidak bisa kita bersikap "saklek" atau bahkan "putus asa".

Namun, coba mas berpikir dari sisi yang sebaliknya. Semisal anda punya anak atau saudara yang "sholihah". Lalu (maaf - contoh agak ekstrem),  ada orang yang anda kenal sebagai "preman" yang melamar anak atau saudara anda dengan janji bahwa dia akan berniat jadi "baik" setelah menikah, sementara belum ada tindakan riil dari orang tersebut untuk "berubah". Ikhlaskah anda "menyerahkan" wanita sholihah tersebut kepada "preman" tersebut?

Wass. Wr. Wb.

(Dikutip dengan perubahan seperlunya dari milis khusus anggota IMAN)


Artikel ini dipersembahkan oleh Unit Knowledge Management AL-IMAN (www.fajarilmu.net)

0 Response to "Mencarikan Jodoh Sholihah Bagi Lelaki Yang Tidak Baik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel